Sarjana Pengaspalan

Suku Barbar, Tembok, dan Tumbuh Kembang Anak

Dulu saya sempat mengira sistem imun manusia itu seperti negara dengan presiden sebagai kepala pemerintahannya. Sel darah putih sebagai tentara dan otak sebagai komandonya. Ternyata realitanya bukan seperti itu. Sistem imun tidak punya satu pun ā€œpemimpinā€ yang memberi instruksi. Tidak ada presiden sel, tidak ada parlemen antibodi. Tapi entah bagaimana, miliaran sel imun yang tersebar di seluruh tubuh bisa bekerja selaras, seolah mereka sepakat menjaga satu tujuan yaitu keseimbangan.

Dalam biologi, keseimbangan ini sering disebut dengan istilah homeostasis, yaitu kemampuan tubuh mempertahankan kondisi stabil meski kondisi di luar dan di dalam tubuh terus berubah. Di sistem imun, keseimbangan ini berarti reaksi harus pas. Reaksi sistem imun harus cukup kuat untuk menyingkirkan ancaman, tapi tidak berlebihan sampai merusak tubuh sendiri.

Ada contoh menarik terkait homeostasis khususnya di usus besar. Di usus besar, terdapat sekitar 2 kilogram bakteri1 yang hidup di sana. Jadi kalau kamu menimbang berat badan, kurangi dulu 2 kilogram karena sebetulnya itu berat bakteri, bukan berat lemak kamu šŸ˜›. Tubuh manusia memang memberi ruang bagi ā€œbakteri baikā€ untuk hidup. Kenapa? Karena mereka membantu pencernaan, memproduksi vitamin, bahkan melindungi dari patogen lain. Tapi perlu diingat bahwa status ā€œbaikā€ ini murni soal manfaat sementara. Tidak ada bakteri yang benar-benar setia pada tubuh manusia. Tidak ada bakteri yang altruistis. Semua bakteri itu oportunis.

Bayangkan dinding usus kita sebagai tembok kota, dan ā€œbakteri baikā€ sebagai suku barbar di luar tembok. Mereka mengolah limbah yang kita buang seperti kulkas rusak, televisi rusak, mobil rusak, lalu mengambil besi, plastik, dan karet yang mereka perlukan. Sisa-sisa pekerjaan mereka seperti chip dan PCB mereka tinggalkan dan kemudian diambil oleh teknisi kota. Selama mereka bekerja di luar tembok, hubungan tetap saling menguntungkan. Mereka mendapatkan ā€œbahan bakuā€ kita mendapatkan ā€œsisa pemrosesanā€. Masalah muncul jika populasi suku ini membengkak tak terkendali. Mereka akan mencari wilayah baru dan mencoba masuk ke kota. Invasi suku barbar ini tentunya akan memicu genderang perang. Para penjaga kota akan turun untuk menghalau mereka dari kota.

Poin penting dari analogi ini: pagar adalah harga mati, tidak ada orang asing yang boleh melanggar. Namun, di sisi lain, bersikap terlalu agresif sampai mengusir semua suku barbar menjauh dari kota justru merugikan. Kita akan kehilangan manfaat mereka. Dalam bahasa biologi, sistem imun yang terlalu reaktif bisa menimbulkan alergi (respons berlebihan terhadap ancaman kecil) sedangkan sistem imun yang terlalu lemah membiarkan patogen berkembang tanpa kendali.

Kalau dipikir-pikir, orang tua juga sering berada di posisi seperti sistem imun. Sebagai orang tua, kita ingin anak aman dari segala bahaya, tapi kita juga tahu mereka butuh kebebasan untuk belajar. Masalahnya, kadang kita refleks bertindak seperti alergi, ancaman kecil dibalas dengan reaksi besar-besaran, melarang ini, menegur itu, sampai anak bingung apa sebenarnya yang berbahaya. Di sisi lain, ada juga orang tua yang bertindak seperti sistem imun yang lemah, semua dibiarkan, berharap anak belajar sendiri. Padahal di beberapa kondisi, anak jelas-jelas butuh intervensi dari orang tua.

Ada prinsip cadre2 dalam parenting ala Prancis yang artinya ā€œbingkaiā€. Bingkai ini harus tegas dan kokoh, tapi di dalamnya anak diberi kebebasan untuk bergerak. Parenting yang terlalu ā€œover-involvingā€ mirip reaksi alergi: ancaman kecil dibalas reaksi besar, anak kehilangan ruang untuk mencoba. Sebaliknya, parenting yang terlalu ā€œunder-involvingā€ seperti imun yang lalai: anak dibiarkan melanggar batas tanpa konsekuensi, hingga perilaku buruknya ā€œmenginfeksiā€ hubungan keluarga.

Bagi saya pribadi, cadre adalah seni menjaga homeostasis di dalam keluarga. Ada nilai-nilai yang bersifat mutlak dan tidak boleh ada kompromi. Namun, tetap harus ada ruang di mana anak bebas bereksperimen. Sama seperti tubuh, keluarga yang sehat bukan yang bebas dari ancaman, tapi yang mampu meresponsnya secara proporsional. Tidak lebih, tidak kurang.


  1. Bill Bryson, The Body: A Guide for The Occupants. Setelah nyoba iseng-iseng mendalami, ternyata ada beberapa pendapat. Ada yang bilang 700g-2,1kg dan ada yang bilang cuma 200 gram.

  2. Pamela Druckerman, Bringing Up BƩbƩ

#biology #parenting